gambar tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah
Bukhari(no. 1427) dan Muslim (no. 1034). 1. Penjelasan mengenai beberapa macam tangan. Yang terbaik adalah tangan yang memberi dan berinfaq di jalan Allah. Kemudian tangan yang memberi dengan tidak menyebut-nyebut pemberian dan tidak pula menyakiti orang yang diberi. Kemudian tangan yang menahan diri untuk tidak menerima.
IlustrasiTangan di Atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah Foto: Republika/Tahta Aidilla Hadis tentang keutamaan tangan di atas mengandung motivasi untuk selalu maju. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan Hakim bin Hizam radhiyallahuanhu. "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.
tangandiatas lebih baik daripada tangan dibawah. 111 likes. Community
Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah." Yang dimaksud "diatas" di sini ya itu lebih utama, lebih tinggi dan lebih mulia. Karena dia yang memberi/bersedekah dan yang berderma. Penulis kitab ini Rahimahullah menyebutkan bahwa tangan diatas adalah yang memberi. Adapun tangan yang dibawah adalah yang meminta.
Bab: Tangan Diatas Lebih Baik Daripada Tangan Dibawah Hadist pertama حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
Site De Rencontre Pour Femme Cherche Femme. Tangan Diatas Lebih Baik Dari Tangan Dibawah. Muhammad dirham menyampaikan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Lebih baik tangan diatas daripada tangan dibawah. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini. Barangsiapa merasa cukup, maka allah akan memberikan kecukupan kepadanya.” Yang Dimaksud Tangan di Atas Lebih Baik dari Tangan di From Soal kejuruan administrasi perkantoran Soal komunikasi keperawatan Soal lensa cembung Soal kemuhammadiyahan Dalam soal kefakiran dan kekayaan kaum sufi sepakat menyatakan bahwa kefakiran jika disertai sifat redha itu lebih afdhal dari kekayaan, sebab itulah ia menjadi pilihan baginda sidnan nabi muhammad saw dan ini jugalah yang dianjurkan oleh malaikat jibril. Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan di atas lebih mulia dari pada tangan di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Etos kerja, larangan meminta, mukmin yang kuat dapat ujian dan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah umay 1022 am. Oleh sebab itu, rasulullah saw lebih suka melayani diri sendiri dari pada seminggu yang lalu waktu bunda, ayah dan si. Begitu banyak kejadian dinegri kita yang terkadang membuat kita terperangah, dan bertanya dalam hati…” ya.”, ya…bisa buktinya ada dalam berita, seperti kejadian belum lama ini tentang tertangkapnya 2 orang pengemis, setelah diadakan pemeriksaan ternyata didalam. Jangan pernah menghardik para peminta dan orang miskin. Oleh sebab itu, rasulullah saw lebih suka melayani diri sendiri dari pada dilayani. 1427 dan muslim 124]. Muhammad dirham menyampaikan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Source Tangan yang diatas adalah yang memberi mengeluarkan infaq sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta. Dalam soal kefakiran dan kekayaan kaum sufi sepakat menyatakan bahwa kefakiran jika disertai sifat redha itu lebih afdhal dari kekayaan, sebab itulah ia menjadi pilihan baginda sidnan nabi muhammad saw dan ini jugalah yang dianjurkan oleh malaikat jibril. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Makna hadits tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian islam ilmiah dengan pembahasan k itab kifayatul muta’abbid wa tuhfatul ini disampaikan oleh syaikh prof. Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah muslim artikel no comments tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Source Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya, maka allah. Ketika ada petani tua menanam pohon zaitun di kala itu, seseorang bertanya kepada petani tua tersebut, “wahai petani, kenapa kamu menanam pohon zaitun itu? Yaitu orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima, karena pemberi berada di atas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana yang disabdakan oleh rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah? lucu komedi videolucutangan diatas lebih baik dari tangan dibawahtapi ya bukan yang kayak gini rumah kreasi digital 2021 Source Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dari hakim bin hiram ra dari nabi saw berkata Makna hadits tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian islam ilmiah dengan pembahasan k itab kifayatul muta’abbid wa tuhfatul ini disampaikan oleh syaikh prof. Fadhilah zah 27/12/12 1430 sosial beri komentar hits konten ini adalah kiriman dari pembaca Memberi adalah salah satu jalan untuk membersihkan diri kita dari penyakit hati seperti merasa lebih terhormat dari orang lain. Source Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Tangan yang diatas adalah yang memberi mengeluarkan infaq sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta. Bukannya tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Source Ketika ada petani tua menanam pohon zaitun di kala itu, seseorang bertanya kepada petani tua tersebut, “wahai petani, kenapa kamu menanam pohon zaitun itu? Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya, maka allah akan menjaganya. Tangan yang diatas adalah yang memberi mengeluarkan infaq sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta. Source Etos kerja, larangan meminta, mukmin yang kuat dapat ujian dan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah umay 1022 am. Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah. lucu komedi videolucutangan diatas lebih baik dari tangan dibawahtapi ya bukan yang kayak gini rumah kreasi digital 2021 “tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang dibawah. “tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Source Yaitu orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima, karena pemberi berada di atas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana yang disabdakan oleh rasûlullâh shallallahu alaihi wa sallam. Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah muslim artikel no comments tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. “tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah. 1427 dan muslim 124]. Lebih baik tangan diatas daripada tangan dibawah. Source Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini. Karena doa doa mereka mustajab. Memberi adalah salah satu jalan untuk membersihkan diri kita dari penyakit hati seperti merasa lebih terhormat dari orang lain. Dan banyak memberi akan banyak mengundang rezeki. Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Source Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini. Sedangkan tangan yang dibawah sebagai yang menerima. Fadhilah zah 27/12/12 1430 sosial beri komentar hits konten ini adalah kiriman dari pembaca Bukannya tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah. Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah muslim artikel no comments tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Source Begitu banyak kejadian dinegri kita yang terkadang membuat kita terperangah, dan bertanya dalam hati…” ya.”, ya…bisa buktinya ada dalam berita, seperti kejadian belum lama ini tentang tertangkapnya 2 orang pengemis, setelah diadakan pemeriksaan ternyata didalam. Fadhilah zah 27/12/12 1430 sosial beri komentar hits konten ini adalah kiriman dari pembaca Begitu banyak kejadian dinegri kita yang terkadang membuat kita terperangah, dan bertanya dalam hati…” ya.”, ya…bisa buktinya ada dalam berita, seperti kejadian belum lama ini tentang tertangkapnya 2 orang pengemis, setelah diadakan pemeriksaan ternyata didalam. Dari abdullah ibn umar radhiyallahu anhu Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Source Sedangkan tangan yang dibawah sebagai yang menerima. Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Lihatlah hadits tentang tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah dari hakim bin hizam radhiyallahu anhu bahwa nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda. Selama ini dalam kehidupan islam yang bunda anut, tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Source “dari hakim bin hizam radhiyallahu anhu bahwa nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda Dalam soal kefakiran dan kekayaan kaum sufi sepakat menyatakan bahwa kefakiran jika disertai sifat redha itu lebih afdhal dari kekayaan, sebab itulah ia menjadi pilihan baginda sidnan nabi muhammad saw dan ini jugalah yang dianjurkan oleh malaikat jibril. Etos kerja, larangan meminta, mukmin yang kuat dapat ujian dan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah umay 1022 am. Muhammad dirham menyampaikan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah muslim artikel no comments tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Source Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Jangan pernah menghardik para peminta dan orang miskin. lucu komedi videolucutangan diatas lebih baik dari tangan dibawahtapi ya bukan yang kayak gini rumah kreasi digital 2021 Oleh sebab itu, rasulullah saw lebih suka melayani diri sendiri dari pada dilayani. Sedangkan tangan yang dibawah sebagai yang menerima. Source Arti hadis “tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. lucu komedi videolucutangan diatas lebih baik dari tangan dibawahtapi ya bukan yang kayak gini rumah kreasi digital 2021 Etos kerja, larangan meminta, mukmin yang kuat dapat ujian dan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah umay 1022 am. Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah muslim artikel no comments tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Source Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Lihatlah hadits tentang tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah dari hakim bin hizam radhiyallahu anhu bahwa nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda. “dari hakim bin hizam radhiyallahu anhu bahwa nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda 1427 dan muslim 124]. Maka barangsiapa yang berusaha memelihara dirinya, allah akan memeliharanya dan. Source dan muslim 124]. Tangan di atas lebih mulia dari pada tangan di bawah. Bukannya tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah. “dari hakim bin hizam radhiyallahu anhu bahwa nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah. Source Karena doa doa mereka mustajab. Padahal kamu tau pohon zaitun itu tumbuhnya lama?”. Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Oleh sebab itu, rasulullah saw lebih suka melayani diri sendiri dari pada dilayani. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Source Muhammad dirham menyampaikan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Jawaban dari pertanyaan ini adalah karena tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah sebagai mana hadits di atas. Dari abdullah ibn umar radhiyallahu anhu Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah muslim artikel no comments tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Dan banyak memberi akan banyak mengundang rezeki. This site is an open community for users to share their favorite wallpapers on the internet, all images or pictures in this website are for personal wallpaper use only, it is stricly prohibited to use this wallpaper for commercial purposes, if you are the author and find this image is shared without your permission, please kindly raise a DMCA report to Us. If you find this site convienient, please support us by sharing this posts to your preference social media accounts like Facebook, Instagram and so on or you can also save this blog page with the title tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah by using Ctrl + D for devices a laptop with a Windows operating system or Command + D for laptops with an Apple operating system. If you use a smartphone, you can also use the drawer menu of the browser you are using. Whether it’s a Windows, Mac, iOS or Android operating system, you will still be able to bookmark this website.
Khutbah Pertama إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ … فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ Ibadallah, Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Karena dengan takwalah seseorang akan memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Kaum muslimin, Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang mulia dan mengajarkan kemuliaan. Di antara bentuk kemuliaan yang diajarkan Islam adalah tentang memberi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ Dari Hakim bin Hizam Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya.” Muttafaq alaih Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah Yaitu orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima, karena pemberi berada di atas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Al-Yadus Sufla tangan yang dibawah memiliki beberapa pengertian Makna Pertama, artinya orang yang menerima, jadi maksudnya adalah orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima. Namun ini bukan berarti bahwa orang yang diberi tidak boleh menerima pemberian orang lain. Bila seseorang memberikan hadiah kepadanya, maka dia boleh menerimanya, seperti yang terjadi pada Shahabat yang mulia Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu ketika beliau Radhiyallahu anhu menolak pemberian dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya خُذْهُ، وَمَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ، فَخُذْهُ، وَمَا لَا، فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ Ambillah pemberian ini! Harta yang datang kepadamu, sementara engkau tidak mengharapkan kedatangannya dan tidak juga memintanya, maka ambillah. Dan apa-apa yang tidak diberikan kepadamu, maka jangan memperturutkan hawa nafsumu untuk memperolehnya.”[Muttafaq alaih] Demikian juga jika ada yang memberikan sedekah dan infak kepada orang miskin dan orang itu berhak menerima, maka boleh ia menerimanya. Makna kedua, yaitu orang yang minta-minta, sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، اَلْيَدُ الْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ، وَالسُّفْلَى هِيَ السَّائِلَةُ Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan di atas yaitu orang yang memberi infak dan tangan di bawah yaitu orang yang minta-minta.[Muttafaq alaih] Makna yang kedua ini terlarang dalam syari’at bila seseorang tidak sangat membutuhkan, karena meminta-minta dalam syari’at Islam tidak boleh, kecuali sangat terpaksa. Ada beberapa hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang melarang untuk meminta-minta, di antaranya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّىٰ يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.[Muttafaq alaih] Hadits ini merupakan ancaman keras yang menunjukkan bahwa meminta-minta kepada manusia tanpa ada kebutuhan itu hukumnya haram. Oleh karena itu, para Ulama mengatakan bahwa tidak halal bagi seseorang meminta sesuatu kepada manusia kecuali ketika darurat. Ancaman dalam hadits di atas diperuntukkan bagi orang yang meminta-minta kepada orang lain untuk memperkaya diri, bukan karena kebutuhan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api.’” [HR. Ahmad] Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا، فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ Barangsiapa meminta harta kepada orang lain untuk memperkaya diri, maka sungguh, ia hanyalah meminta bara api, maka silakan ia meminta sedikit atau banyak. [HR. Muslim] Adapun meminta-minta karena adanya kebutuhan yang sangat mendesak, maka boleh karena terpaksa. Allah Azza wa Jalla berfirman وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya.” [Adh-Dhuha/9310] Dan juga seperti dalam hadits Qabishah yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 1044 dan lainnya. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu Yaitu saat ingin memberikan sesuatu, hendaknya manusia memulai dan memprioritaskan orang yang menjadi tanggungannya, yakni yang wajib ia nafkahi. Menafkahi keluarga lebih utama daripada bersedekah kepada orang miskin, karena menafkahi keluarga merupakan sedekah, menguatkan hubungan kekeluargaan, dan menjaga kesucian diri, maka itulah yang lebih utama. Mulailah dari dirimu! Lalu orang yang menjadi tanggunganmu. Berinfak untuk dirimu lebih utama daripada berinfak untuk selainnya, sebagaimana dalam hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ Mulailah dari dirimu, bersedekahlah untuknya, jika ada sisa, maka untuk keluargamu [HR. Muslim] Dalam hadits di awal rubrik ini, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyuruh umatnya untuk memulai pemberian nafkah dari keluarga. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ رَقَبَةٍ، وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ، وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعَظَمُهَا أَجْرًا الَّذِيْ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ. Satu dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau infakkan untuk memerdekakan seorang hamba budak, satu dinar yang engkau infakkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau infakkan untuk keluargamu, maka yang lebih besar ganjarannya ialah satu dinar yang engkau infakkan untuk keluargamu. [HR. Muslim]. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya Artinya sedekah terbaik yang diberikan kepada sanak keluarga, fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan adalah sedekah yang berasal dari kelebihan harta setelah keperluan terpenuhi. Artinya, setelah dia memenuhi keperluan keluarganya secara wajar, baru kemudian kelebihannya disedekahkan kepada fakir miskin. Hadits yang serupa dengan pembahasan ini yaitu hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَا يَكُنْ عِنْدِيْ مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ،وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ Apa saja kebaikan yang aku punya, aku tidak akan menyembunyikannya dari kalian. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya dari kejelekan, maka Allah akan menjaganya. Barangsiapa merasa cukup dengan karunia Allah maka Allah akan mencukupinya. Barangsiapa melatih diri untuk bersabar, maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan tidaklah seseorang diberi sebuah pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada anugerah kesabaran.[Muttafaqun alaih] Hadits ini mengandung empat kalimat yang bermanfaat dan menyeluruh yaitu Kalimat Pertama وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya dari kejelekan, maka Allah akan menjaganya Kalimat Kedua ومَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ Barangsiapa merasa cukup dengan karunia Allah maka Allah akan mencukupinya Kedua kalimat di atas saling berkaitan, karena kesempurnaan penghambaan diri seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla terletak dalam keikhlasannya kepada Allah, takut, harap, dan bergantung kepada-Nya, tidak kepada makhluk. Oleh karena itu, wajib baginya untuk berusaha merealisasikan kesempurnaan tersebut, mengerjakan semua sebab dan perantara yang bisa mengantarkannya kepada kesempurnaan tersebut. Sehingga dia menjadi hamba Allah yang sejati, bebas dari perbudakan seluruh makhluk. Dan itu didapat dengan mencurahkan jiwanya pada dua perkara; Meninggalkan ketergantungan pada seluruh makhluk dengan menjauhkan diri dari apa-apa yang ada pada mereka. Tidak meminta kepada mereka dengan perkataan maupun keadaannya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Umar Radhiyallahu anhu خُذْهُ، وَمَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ، فَخُذْهُ، وَمَا لَا، فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ. Ambillah pemberian ini. Harta yang datang kepadamu, sedang engkau tidak mengharapkan kedatangannya dan tidak juga memintanya, maka ambillah! Dan apa-apa yang tidak diberikan kepadamu, maka jangan memperturutkan hawa nafsumu untuk memperolehnya[9] Maka menghilangkan ketamakan dari dalam hati serta menjauhkan lisan dari meminta-minta demi menjaga diri dan menjauhkan diri dari pemberian makhluk serta menjauhkan diri ketergantungan hati terhadap mereka, merupakan faktor yang kuat untuk memperoleh iffah kesucian diri dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal atau tidak baik. Merasa cukup dengan Allah Azza wa Jalla, percaya dengan kecukupan-Nya, karena barangsiapa bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah Azza wa Jalla akan mencukupinya. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya…” [Ath-Thalaq/653] Potongan kalimat yang pertama yaitu sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang artinya, “Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaganya,” merupakan wasilah cara untuk sampai kepada hal ini. Yaitu barangsiapa menjaga kehormatan dirinya dari apa-apa yang ada pada manusia dan apa-apa yang didapat dari mereka, maka itu mendorong dirinya untuk semakin bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, berharap, semakin menguatkan keinginannya dalam meraih kebaikan dari Allah Azza wa Jalla, dan berbaik sangka kepada Allah serta percaya kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla bersama hamba-Nya yang berprasangka baik kepada-Nya; jika hamba tersebut berprasangka baik, maka itu yang dia dapat. Dan jika ia berprasangka buruk, maka itu yang dia dapat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ Aku bersama prasangka hamba-Ku terhadap-Ku [Muttafaqun alaih] Masing-masing dari dua hal tersebut saling membangun dan saling menguatkan. Semakin kuat ketergantungannya kepada Allah Azza wa Jalla, maka akan semakin lemah ketergantungannya kepada seluruh makhluk. Begitu juga sebaliknya, semakin kuat ketergantungan manusia kepada makhluk, maka semakin lemah ketergantungannya kepada Allah Azza wa Jalla. Di antara do’a Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yaitu اللهم إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى، وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ، وَالْغِنَى Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu petunjuk, ketakwaan, kesucian dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal dan tidak baik, dan aku memohon kepada-Mu kecukupan dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal/tidak baik, dan aku memohon kepada-Mu kecukupan. [HR. Muslim] Doa yang singkat ini telah mencakup seluruh kebaikan, yaitu Petunjuk yaitu memohon hidayah ilmu yang bermanfaat. Ketakwaan Takwa kepada Allah yaitu dengan mengerjakan amal-amal shalih dan meninggalkan segala hal yang haram. Inilah kebaikan agama. Yang menyempurnakan itu semua adalah keshalihan hati dan ketenangannya yang dapat diraih dengan menjauhkan diri dari makhluk dan merasa cukup dengan Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa merasa cukup dengan Allah Azza wa Jalla, maka dia adalah orang kaya yang sesungguhnya, walaupun penghasilannya sedikit. Karena kekayaan bukanlah dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan yaitu kekayaan hati. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ Hakikat kaya bukanlah dengan banyaknya harta benda, namun kaya yang sebenarnya adalah kaya hati merasa ridha dan cukup dengan rezeki yang dikaruniakan [HR. Ahmad] Dengan iffah kesucian diri dan merasa berkecukupan maka akan terwujud kehidupan yang baik bagi seorang hamba, nikmat dunia, dan qana’ah merasa puas atas apa yang Allah berikan padanya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberikan rezeki yang cukup, dan dia merasa puas dengan apa yang Allah berikan kepadanya [HR. Muslim] Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda طُوْبَى لِمَنْ هُدِيَ إِلَى الْإِسْلَامِ، وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا، وَقَنِعَ Berbahagialah orang yang mendapat petunjuk untuk memeluk Islam, dan diberi rezeki yang cukup serta merasa puas qana’ah [HR. Ahmad] Orang yang merasa cukup dan qana’ah merasa puas dengan apa yang Allah karuniakan –meskipun dia hanya mempunyai bekal dan makanan hari itu saja– maka seolah-olah ia memiliki dunia dan seisinya. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعْنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيآتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا. Ibadallah, Kalimat ketiga وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ Barang siapa yang melatih diri untuk bersabar, maka Allah akan menjadikan dia sabar Kemudian disebutkan dalam kalimat keempat bahwa jika Allah Azza wa Jalla memberikan kesabaran kepada seorang hamba, maka pemberian itu merupakan anugerah yang paling utama dan pertolongan yang paling luas serta paling agung. Allah Azza wa Jalla berfirman وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat…” [Al-Baqarah/245], yaitu dalam setiap perkara kalian. Allah Azza wa Jalla juga berfirman وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ Dan bersabarlah Muhammad dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap kekafiran mereka dan jangan pula bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan.” [An-Nahl/16127] Sabar, seperti halnya akhlak-akhlak terpuji lainnya, membutuhkan kesungguhan jiwa dan latihan. Karena itulah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang melatih diri untuk bersabar,” yaitu orang yang mencurahkan jiwanya untuk bersabar, “Maka Allah Azza wa Jalla akan menjadikannya sabar,” yaitu Allah akan menolongnya agar ia bisa bersabar. Sabar itu merupakan pemberian yang paling agung, karena ia berkaitan dengan semua urusan seorang hamba dan sebagai penyempurnanya. Seorang hamba membutuhkan kesabaran dalam segala keadaan selama hidupnya. Seorang hamba membutuhkan kesabaran dalam segala hal, di antaranya Dalam menjalankan ketaatan kepada Allah sampai dia bisa mengerjakan dan menunaikannya Sabar dalam menjauhkan maksiat kepada Allah sampai dia bisa meninggalkannya karena Allah Azza wa Jalla. Sabar atas takdir-takdir Allah yang menyakitkan sampai dia tidak marah karenanya. Bahkan seorang hamba membutuhkan sabar atas nikmat-nikmat Allah dan hal-hal yang dicintai oleh jiwa, sehingga dia tidak membiarkan jiwanya tenggelam dalam kesenangan dan kegembiraan yang tercela, tetapi dia terus menyibukkannya dengan bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla. Kesimpulannya, seorang hamba membutuhkan kesabaran dalam setiap keadaannya. Dengan kesabaran, seorang hamba akan mendapat kemenangan. Allah Azza wa Jalla menyebutkan tentang penghuni surga dalam firman-Nya وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ ﴿٢٣﴾ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ “…Sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;sambil mengucapkan, Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.’ maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” [Ar-Ra’du/13 23-24] Begitu juga firman-Nya أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi dalam surga atas kesabaran mereka… [Al-Furqan/2575] Mereka mendapatkan surga berserta kenikmatannya dan mendapatkan tempat-tempat yang tinggi karena kesabaran. Seorang hamba harus meminta kepada Allah Azza wa Jalla agar diselamatkan dari cobaan yang tidak diketahui akibatnya, namun jika cobaan itu datang kepadanya, maka kewajibannya adalah bersabar. Sabar itu awalnya sangat sulit, tetapi akhirnya mudah dan terpuji. Sebagaimana dikatakan وَالصَّبْرُ مِثْلُ اسْمِهِ مُرٌّ مَذَاقَتُهُ لَكِنْ عَوَاقِبُهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ Sabar itu pahit rasanya seperti namanya Tetapi akhirnya lebih manis daripada madu وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب56] اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا رَخَاءً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا لِهُدَاكَ، وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ، وَوَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أُمُوْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ، وَتَحْكِيْمِ شَرْعِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ. عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْاهُ عَلَى آلَائِهِ وَنِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرَ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ. [Diadaptasi dari tulisan Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas di majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVIII/1436H/2014M].
. Dalam sebuah hadits populer yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad bin Hanbal, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Rasulullah dalam hadits lain menjelaskan, bahwa “tangan di atas” adalah orang yang bersedekah, dan “tangan di bawah” adalah orang yang menerima pemberian. Kemudian, kebanyakan orang menafsirkan bahwa “orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima.” Muhammad Fethullah Gulen, seorang ulama asal Turki memiliki penafsiran yang berbeda tentang hadits ini. Dalam bukunya “An-Nur Al-Khalid” yang diajarkan di masjid Al Azhar oleh Syekh Fathi Hijazi, beliau menjelaskan bahwa dalam hadits ini Rasulullah sama sekali tidak menyebutkan bahwa “tangan di bawah” adalah buruk. Hal ini mengisyaratkan bahwa “tangan di bawah” bukanlah sesuatu yang pasti buruk, melainkan hanya kurang baik. Allah selalu menciptakan sesuatu dengan seimbang. “Tangan di bawah” adalah penyeimbang “tangan di atas.” Coba bayangkan jika dunia ini hanya dihuni oleh pemilik “tangan di atas”, maka siapakah yang akan menerima sedekah. Ganjil bukan? Baca juga Kesalahan Memaknai Hadits “Sampaikanlah Dariku Walau Hanya Satu Ayat” Apakah “tangan di atas” selalu lebih baik daripada “tangan di bawah”? Dalam bahasa Arab, orang yang memberi disebut sebagai al-mu’thi, orang yang menerima disebut sebagai al-akhidz. Seandainya Rasulullah menggunakan kedua kata ini dengan maksud untuk menyebutkan apa yang dilakukan oleh “tangan”, maka kalimat yang muncul akan berbunyi “tangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima.” Padahal di dalam hadits ini beliau hanya menggunakan kata “di atas” dan “di bawah”. Maka bisa dipahami bahwa tidak selamanya tangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima. Dalam beberapa kasus, “tangan di bawah” lebih baik daripada “tangan di atas”. Contohnya adalah seseorang yang terpaksa menerima pemberian dari temannya, demi menjaga perasaan temannya tersebut. Dalam kondisi seperti ini, meski “tangan di atas” lebih baik secara lahir, tapi sebenarnya “tangan yang di bawah” itulah yang berada di atas. Contoh lain adalah orang yang menerima bantuan untuk disalurkannya kembali kepada orang yang membutuhkan. Dalam kondisi seperti ini, “tangan di bawah” berbalik menjadi “tangan di atas”. Seringkali ditemukan orang-orang miskin yang sabar dalam menghadapi ujian duniawi. Tubuh mereka lusuh dan tidak banyak pintu rejeki yang terbuka untuk mereka. Secara lahir orang-orang seperti ini adalah “tangan di bawah.” Namun Rasulullah mengomentari sisi lain mereka dengan bersabda “Seandainya mereka bersumpah bermunajat atas nama Allah, maka pasti Allah akan mengabulkan munajat mereka.” Contohnya adalah Sahabat Barra’ bin Malik radhiyallahu anhu. Beliau termasuk golongan “tangan di bawah”. Namun setiap kali kaum muslimin sedang menghadapi kesulitan dalam pertempuran, mereka selalu meminta Barra’ untuk memintakan kemenangan kepada Allah, dan doanya selalu dikabulkan. Demikian pula halnya dengan sahabat Tsauban radhiyallahu anhu yang menjadi salah satu dari golongan “tangan di bawah”. Rasulullah menasihati Tsauban agar tidak meminta-minta sesuatu kepada orang lain, meski terkadang ada saja manusia yang memberi sedekah kepada Tsauban, bahkan Malaikat Jibril pernah menyambar sebagai manusia untuk bersedekah kepadanya. Baca juga Memaknai Hakikat Rumah Tuhan yang Sering Terabaikan Tentu saja derajat orang-orang seperti Barra’ dan Tsauban tidak mesti di bawah orang-orang yang suka berderma, karena dengan kesabaran dan ketawakkalan mereka, sedekah yang diterima seolah-oleh datang langsung dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dari pemaparan di atas, Fethullah Gulen menyimpulkan bahwa tidak semua "tangan di atas" yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima. Adapun maksud dari hadits tersebut adalah bahwa Rasulullah berpesan kepada umat Islam supaya menjadi orang-orang yang terhormat dengan tidak meminta-minta kepada orang lain.
Soal Ulangan - sahabat soal ulangan pada kesempatan ini kita akan mengkaji tentang Larangan meminta-minta dan Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah, berikut selengkapnya. عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَعَنْ وُهَيْبٍ قَالَ أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَاDari Hakim bin Hizam radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata, "Tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah, maka mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu dan shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup untuk kebutuhan dirinya. Maka barangsiapa yang berusaha memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya".HR. BukhoriDalam hadis riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam, Rasulullah menjelaskan bahwa “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah”, maksudnya bahwa orang yang memberi lebih baik daripada yang menerima. Namun demikian bukan berarti jika kita diberi sesuatu oleh orang lain tidak boleh menerima. Jika ada orang yang memberi hadiah maka boleh diterima. Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah Saw., ketika itu Rasulullah menegur sahabtnya, Umar bin Khaththab karena Umar tidak mau menerima pemberian Rasulullah Saw., maka Rasul pun menegurnya, sebagaimana sabdanya “Ambillah pemberian ini! Harta yang datang kepadamu, sementara engkau tidak mengharapkan kedatangannya, dan juga tidak memintanya. Maka ambilah. Dan apaapa yang tidak diberikan kepadamu. maka jangan memperturutkan hawa nafsumu untuk memperolehnya.” HR. Bukhari - Muslim. Dengan demikian jika ada yang memberi tidak dilarang untuk menerimanya, tetapi dilarang dilarang keras dalam syari’at kecuali dalam keadaan sangat terpaksa. Rasulullah mengilustrasikan akibat meminta-minta bahwa “Seseorang yang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.” HR. Bukhari – Muslim. Ini menggambarkan bahwa meminta-minta tanpa ada kepentingan yang sangat mendesak adalah suatu kehinaan yang berakibat dosa. Dalam hadis yang lain Rasul pun bersabda “Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka ia seolah-olah memakan bara api.” HR. Ahmad Selain itu, dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah juga menjelaskan bahwa menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan adalah harus menjadi prioritas utama dibandingkan memberi nafkah orang lain. Maka mulailah berinfak dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri lalu orang yang menjadi tanggungan kita. Berinfak untuk dirimu lebih baik daripada selainnya. Rasulullah dalam hadisnya bersabda “Mulailah dari dirimu, bersedekahlah untuknya, jika ada sisa, maka untuk keluargamu”. HR. Muslim. Dalam hadis yang lain Rasulullah Saw. bersabda “ Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau infakkan untuk memerdekakan seorang hamba budak, satu dinar yang engkau infakkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau infakkan untuk keluargamu, maka yang lebih besar ganjarannya ialah satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu”. HR. MuslimSelain itu hadis riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ini juga menjelaskan bahwa sedekah atau infak terbaik adalah setelah tercukupinya kebutuhan keluarga. Dan yang berhak mendapat nafkah lebih awal adalah keluarga terdekat dan orangorang yang menjadi tanggungan. Selanjutnya dalam hadis ini juga mengabarkan bahwa Allah akan memelihara orang yang memelihara dirinya iffah. Dan Allah akan mencukupkan orang yang mencukupkan kebutuhan dirinya qana’ah. Ini terlihat dalam kalimat “Maka barangsiapa yang berusaha memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya." Ini bukti bahwa orang yang ikhlas menerima ketentuan bahwa rezeki itu dari Allah, maka Allah akan senantiasa menjaga dan memelihara kesuciannya. Perilaku seperti demikian hanya akan lahir dari orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat. Maka berinfaklah, karena infak merupakan bukti dari keutamaan iman seseorang.
- "Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah", begitu banyak orang yang memberikan kata-kata seperti itu, yang bermakna lebih baik memberi daripada meminta. Karena jika saat kita memberi, kita akan diberikan kehormatan akan kebesaran hati untuk menolong dan memberi, sebaliknya jika kita meminta kita tidak akan mendapatkan kehormatan kebesaran hati tersebut. Terlebih jika kita bermanfaat bagi sesama dan orang sekitar degan kita menanam hal baik, niscaya kita akan mmetik hal-hal baik juga, namun dalam arti ini apakah sudah sesuai syariat? Baca Juga Umat Islam Wajib Tahu! Berikut Ini Hadits Tentang Sabar dan Keutamaannya Dilansir memberi akan lebih baik dibandingkan meminta sudah dijelaskan dalam hadist, Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari 1339 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى. فَالْيَدُ الْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ، وَالسُّفْلَى هِيَ السَّائِلَةُ. Dari Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu anhu Bahwa Rasulullah ﷺ bersabdaTangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di yang diatas adalah yang memberi mengeluarkan infaq sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta. Maknanya Anjuran untuk memberi dan tidak meminta-minta. Motivasi agar kita bekerja dan berusaha mencari nafkah, agar bisa menjadi tangan yang di atas dan memberi orang lain yang membutuhkan. Untuk itu kita jangan malas mencari nafkah untuk hidup di dunia dan membantu sesama, bahkan dalam nominal pun kita bisa membantu orang yang membutuhkan. Terkini
gambar tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah